KOLOM GURU

21 JANUARI 2025

Sharing Psikologi

Oleh Yeni Susila, S.Psi, Psikolog

 
Maaaa….Aku sudah bisa lohh!!!
Duuhhhhh…ga tega!!
 
“Nak…kamu lagi ngapain di dapur?”
“Saya lagi cuci piring bekas makan Ma”
“Ya Allah…kamu ga usah cuci piring, nanti baju kamu basah. Nanti pecah loh piringnya. Lagi pula ga bakalan bersih. Nanti saja Mama yang cuci. Kamu main aja sana nak!”
 
Masyaa Allah…..sayang banget ya Ma sama anaknya. Ga tega ya lihat anaknya capek…he he.
Pasti sayang lah ya..
Tapi Ma, punten….boleh koreksi sedikitt.
Selalu membantu anak dan tidak memberikan kesempatan pada anak untuk belajar melakuakan sesuatu adalah secara tidak sadar kita sedang membentuk pribadi anak menjadi manja, serba ketergantungan dan lemah. Dengan kata lain, dia tidak bisa mandiri.
Subhanallah…sayang sekali jika kelak dia menjadi generasi yang lembek seperti strawberry. Rentan stress dan tidak mau berusaha sendiri.
“Mukmin yang kuat  lebih baik dan lebih dicintai daripada mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan”. (H.R. Muslim).
Tentu kita ga mau kan jika anak kita menjadi lemah dan tidak mandiri.
Anak-anak tidak selamanya hidup bergantung pada orang tuanya. Mereka akan menjalani hidupnya sendiri.Oleh sebab itu hendaknya orang tua membekali dan mengasah skill dan potensi anak agar menjadi mandiri. Sebagaimana yang Rosulullah  lakukan agar anak mandiri.
Ketika seseorang mempunyai skill atau kemampuan yang memadai, maka insyaa Allah ia akan dapat bertahan hidup dengan kemampuan yang dimilikinya.
“Tidak ada seorangpun yang memakan satu makanan yang lebih baik  dari hasil  usaha tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah Daud a.s.  makan makanan dari hasil usahanya sendiri” (H.R. Bukhari).
Hadist tersebut sangat jelas sekali bahwa Rosulullah Solallahi Alaihi Wassalam mengajak umatnya  agar menjadi pribadi yang mandiri, kreatif dan tidak menjadi pribadi yang parasit.
Apa itu mandiri, apa ciri-ciri anak yang mandiri dan Upaya apa yang bisa dilakukan oleh orang tua agar bisa membentuk anak yang mandiri?, , alasan apa anak harus mandiri,  
Anak mandiri adalah anak yang memiliki kemampuan untuk melakukan tugas atau kegiatan secara mandiri dan bertanggung jawab atas Tindakan serta  Keputusan yang diambilnya.
Dengan memupuk kemandirian, anak akan belajar bagaimana membantu orang di sekitarnya, bukan sebaliknya dia hanya selalu membutuhkan bantuan dari orang lain.
 
Apa ciri-ciri anak mandiri?
Penting bagi orang tua untuk membiasakan dan mengajarkan sikap mandiri sejak dini kepada anak.Sebab kemandirian berguna bagi si kecil saat ia tumbuh menjadi dewasa.
Berikut ciri-ciri anak mandiri.
  • Memiliki inisiatif untuk melakukan sesuatu.
  • Sering bertanya dan mengeksplor lingkungan sekitar.
  • Tidak takut mengekspresikan pemikirannya.
  • Mudah bergaul dengana orang lain.
  • Bertanggung jawab  atas barang yang dimiliki.
  • Berusaha dulu, baru minta bantuan jika memerlukan.
  • Memiliki sikap berani.
  • Jarang bosan.
 
Bagaimana caranya agar anak bisa mandiri?
Untuk membesarkan anak yang mandiri, orang tua dapat melakukan hal berikut:
  • Membentuk ikatan yang kuat dengan anak.
  • Mendukung dan mengasah anak dengan hormat, menghsrgainya.
  • Membiarkan anak mengekspresikan perasaannya dan melatih emosi mereka.
  • Memberikan Batasan yang konsisten dan disiplin positif.
  • Menciptakan hubungan kolaboratif  dalam memecahkan masalah, anak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahna sendiri dengan arahan yang benar dari orang tua.
  • Mendorong tanggung jawab.
 
 
Mengapa mendidik agar anak mendiri itu penting?
Meskipun anak mungkin masih terlalu kecil saat ini, insyaa Allah ia akan tumbuh menjadi dewasa dan harus mandiri.

Ada beberapa alasan mengapa harus mengajarkan anak mandiri itu penting, berikut penjelasannya.

1. Mengenal diri lebih baik. Agar dapat memahami konsep memilih dan belajar membuat Keputusan yang sesuai.

2. Dapat belajar dari kesalahan. Hidup secara umum tidak selalu  memberikan momen bahagia saja, sunatullah akan juga muncul kesulitan  dan rintangan yang harus dilalui.Ada saat-saat ketika si kecil mungkin tidak dapat mencapai apa yang dia harapkan. Nah, jika anak memiliki sikap mandiri dia akan mempunyai kemampuan untuk memahami kekurangannya, meminta dukungan dan bimbingan orang tua atau orang dewasa yang ia percayai lainnya. Serta dia bisa belajar untuk menjadi lebih baik.

3. Menghargai diri sendiri
Pentingnya mrngajarkan anak untuk mandiri adalah agar anak dapat menghargai  dirinya sendiri atas apa yang telah ia lakukan. Membangun harga diri anak dapat dilakukan sejak usia dini. Ini akan semakin kuat jika si kecil percaya pada kemampuan dan keputusannya sendiri. Dengan adanya sifat mandiri , anak merasa dihargai dan memiliki rasa percaya diri.

4. Lebih siap belajar.
Dengan menjadi mandiri, anak bisa berinisiatif untuk belajar sendiri untuk memperoleh pengetahuan yang ia butuhkan. Hal ini memungkinkan si kecil untuk mengembangkan keterampilan dan kesiapan belajar yang dibutuhkan menjelang masuk usia prasekolah nanti.
 
Bagaimana cara mendidik agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri?
Pada dasarnya anak-anak memiliki hak untuk diajari keterampilan mandiri. Ini merupakan kebutuhan emosioanal daasar  yang dimiliki semua anak. Memang tidak mudah , tetapi tidak juga terlalu sulit untuk  mengajarkan anak mandiri, sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Namun anak dapat mengembangkan kemandiriannya melalui tugas-tugas rutin seperti merapikan mainan, membantu menata meja dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan,berpakaiandan menjaga kebersihan diri.
Mengajari anak untuk madiri membutuhkan waktu,usaha  dan kepercayaan dari orang tua.Namun usaha tersebut akan sangat berhaga dan akan membawa manfaat yang sangat besar bagi kehidupan anak di masa depan
 
Cara Mendidik anak agar mandiri yang bisa diterapkan di rumah.
 
  1. Libatkan anak dalam pekerjaan rumah
Tugas-tugas yang diberikan tidak harus yang berat, sesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Misalnya merapikan mainannya sendiri, membantu menyapu lantai dan mencuci piring bekas makannya.
Anak juga sudah dapat diajari merapikan meja dan kamarnya sendiri. Melakukan pekerjaan rumah membantu anak belajar tentang tanggung jawab serta meningkatkan kepercayaan dirinya. Seba banak menyadari bahwa tugas yang dilakukan memberikan manfaat bagi keluarga.
 
  2. Biarkan anak melakukan kesalahan
Pada dasarnya memberikan kesempatan anak melakukan kesalahan, akan mengajari mereka berhasil dalam kehidupan di masa mendatang. Saat anak membuat kesalahan, berikan dukungan dan dorong anak untuk merenung dan mencari Solusi untuk mengatasinya.
Bunda juga bisa mengajak si kecil berdiskusi untuk membantunya  menghindari kesalahan di kemudian hari.  Sebab, kesalahan bisa dilihat sebagai kesempatan untuk belajar.
 
  3. Beri anak pilihan
Cara yang bisa Mama lakukan agar anak mandiri yaitu dengan memberinya pilihan dan membuatnya mengambil Keputusan yang tepat.
Daripada membuat aturan atas segala hal atau terus memberikan jawaban ya atau tidak  terhadap permintaan anak, Langkah terbaik adalah memberinya opsi untuk memilih.
Contohnya saat anak pulah sekolah, Mama bisa bertanya  pada si kecil, “Setelah pulang sekolah apa yang mau kamu lakukan, tidur siang atau bermain Bersama teman?”.
Dengan memberikan anak kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri, maka anak belajar untuk berpikir secara mandiri dan mengalami akibat dari keputusannya itu.
 
  4. Latih anak mengemban tanggung jawab
Untuk mendidik si kecil agar mandiri, Mama bisa melatihnya bertanggung jawab.
Sebagai contoh, Mama bisa memberikan tanggung jawab kepada anak untuk menjaga kerapihan kamarnya sendiri, anak harus merapikan tempat tidurnya . 
Mama tidak boleh terlalu  menuntut pada anak, misalnya memaksanya untuk melakukan pekerjaan yang berat saat anak merasa elah dan ingin tidur.
 
  5. Biarkan anak membuat Keputusan sendiri
Mungkin ada saatnya Mama meminta anak untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya sebelum bermain, tetapi anak lebih suka bermain terlebih dahulu sebelum menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Sebaiknya berikan kebebasan pada anak dengan membiarkan dia membuat keputusannya sendiri. Selama anak dapat menepati janji dan menyelesaikan tugasnya, Mama jangan khawatir.
 
  6. Beri anak ruang untuk bereksplorasi
 Anak-anak perlu dikasih ruang untk tumbuh dan belajar. Berikan kesempatan pada anak untuk ereksplorasi  secara mendiri tanpa pengawasan yang berlebihan.
 
  7. Hindari koreksi berlebihan.
Sebisa mungkin hindari mengoreksi  ketika anak hendak mencoba melakuan sesuatu sendiri.
Contohnya Ketika Mama meminta anak untuk merapikan kasurnya dan ternyata hasilnya masih berantakan. Nah bunda harus menahan diri untuk menasehati dan menegur si kecil.
 
 
  8.Tetapkan jadwal yang rutin.
Membuat jadwal yang rutin , harian untuk anak. Dengan membuat  jadwal yang rutin dan anak mengikuti kesepakatan , anak terbiasa mengerjakan sesuatu secara teratur dan bertanggung jawab  atas tugs-tugasnya dengan lebih mandiri.
 
  9. Tuntun anak untuk menyelesaikan masalah sendiri.
Ada saatnya anak akan memiliki masalah. Misalnya anak memiliki konflik saat bermain dengan temannya.Meskipun ada momen Dimana campur tangan Mama diperlukan, biarkan anak mengembangkan keterampilaan mereka untuk menyelesaikan konflik.
 
  10. Dengarkan anak dan tanya pendapatnya.
Sering mengajaknya bicara dan menanyakan pendapatnya tentang sesuatu. Mendengarkan pendapat anak sangatlah penting. Tujuannya bukan hanya anak bertindak secara mendiri, tetapi juga dapat berpikir dan memiliki kemampuan  untuk menciptakan ide dan opininya sendiri.
 
 
Yuk latih anak agar mandiri, supaya mereka tumuh menjadi pribadi yang Tangguh!!!
 
 
Bekasi, 16 Januari 2025
Yeni Susila, S.Psi, Psikolog

03 JANUARI 2025

Sharing Psikologi

Oleh Yeni Susila, S.Psi, Psikolog

Bunda….teguran lembutmu adalah melodi indah yang selalu ingin aku dengar.

“Tiaaaa….kenapa sih kamu  selalu berantakin rumah!!”

Apa sih susahnya bikin rumah rapi?!

Kapan kamu berhenti membuat mama capek?!!

Kamu selaluuuu saja bikin mama marah,!!

Kapan sih kamu bisa bikin mama seneng??!!

Ada kalanya kita sebagai orang tua hilang kesabaran saat menghadapi buah hati yang melakukan sesuatu yang menurut kita tidak menyenangkan atau tidak baik, sehingga kita terpancing untuk menegurnya dan membentaknya dengan nada yang  bahkan dengan meneriakinya dengan harapan anak bisa mengerti apa yang kita inginkan. Dan dia bisa bersikap lebih baik lagi.

Tapi…

Ingatlah bahwa itu bukan cara berkomunikasi yang baik. Alih-alih bisa mendisiplinkan anak, yang terjadi justru dampak negative psikologis terhadap anak yang jika terjadi terus menerus dampaknya akan terbawa pada masa dewasanya nanti.

Sebaliknya sikap lemah lembut, tanpa kata-kata kasar dan lengkingan teriakan insyaa Allahakan mudah diterima oleh anak dan dia akan mengikuti apa yang dinasehatkan oleh orang tuanya.

Ingat ! Tidak ada kebaikan sedikitpun pada sikap keras dan kasar.

Lembut bukan berarti lemah, tegas bukan berarti harus keras dan kasar…no.

Dan kelemah lembutan adalah salah satu bentuk akhlak yang baik.Dan orang yang paling lembut dan  paling sempurna akhlaknya adalah jungjungan kita Nabi Muhammad Solallohu Alaihi Wassalam.

“Wahai Aisyah..Sungguh Allah itu Maha Lembut. Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan  kepada sikap lemah lembut sesuatu yang tidak Dia berikan pada sikap yang keras. Dan Allah juga  akan memberikan apa-apa yang tidak diberikan pada sikap lainnya.(H.R.Muslim).

Dalam Q.S Al Imran : 159  kita dianjurkan untuk bersikap lemah lembut pada sesame, tak terkecuali terhadap anak-anak kita.

“Maka disebabkan Rahmat dari Allahlah kamu  kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka  menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah pada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”.

Nah kan…sangat jelas bahwa terdapat kebaikan yang banyak dalam sikap lemah lembut?

Dan sama sekali tidak ada kebaikan sedikitpun dalam sikap keras dan kasar.

Lalu apa saja dampak negative teriakan dan bentakan yang sering dialami anak terhadap perkembangan psikologisnya?

Subhanallah..jamgan sampai lah ya anak-anak kita mengalami hal itu. Semoga Allah selalu melindungi dan memberkahi kita semua….Aamiin yaa Robbal alamiin.

5 dampak negative psikologis anak yang sering dibentak dan diteriaki :

  1. Menjadi penakut dan tidak percaya diri.

Ketika anak melakukan kesalahan, bukan berarti orang tua berhak memarahi dan membentaknya. Saat dimarahi dia akan diam karena merasa takut dan terancam. Hal inilah yang akan memunculkan perasaan takut salah, sehingga anak tidak lagi merasa percaya diri.

  1. Menjadi pemberontak dan keras kepala.

Ketika anak-anak diajak bicara dengan nada tinggi dan keras atau kasar, mereka akan merasa nilai diri mereka berkurang. Hubungan yang tidak nyaman dengan orang tua terbukti mengakibatkan masalah emosi pada anak.

Hal inilah yang memunculkan sifat   agresi atau pemberontakan. Anak berusaha untuk melindungi diri dan membenci perasaan tersakiti, sebagai efek dari omelan orang tuanya.SEhingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang hanya memikirkan dirinya sendiri, keras kepala dan tidak bisa menerima masukan dari orang lain.

  1. Menjadi pribadi tertutup

Dalam beberapa kasus, terlalu sering memarahi anak  dapat membuat anak memiliki sifat introvert atau tertutup.Anak akan berubah menjadi pendiam, suka menyendiri dan merasa dirinya tidak pernah bisa melakukan hal yang benar karena sering dimarahi oleh orang tuanya Ketika melakukan sesuatu. Mereka juga cenderung berpikir bahwa dirinya tidak mempunyai kemampuan yang bisa membuat orang tuanya bangga terhadapnya.

  1. Tumbuh menjadi anak pemarah

Akibat sering dimarahi, anak menjadi jenuh dan ingin keluar dari situasi tersebut. Anak berusaha untuk memberontak dan  mempertahankan dirinya dari amarah orang tua. Lalu selanjutnya ia akan menjadi pemarah dan lebih sulit diatur.

Seiring bertambahnya usia, ia akan lebih suka berada di luar rumah karena mersa lebih nyaman dan aman dari omelan orang tuanya. Besar kemungkinan ia juga akan mempraktikan kemarahan tersebut kepada orang lain, seperti adik atau teman di lingkungan rumah atau sekolahnya.

  1. Pasif dan kurang inisiatif

Anak menjadi pasif dan tidak memiliki inisiatif serta kreatifitas Ketika di sekolah. Hal ini karena ia hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh orang tuanya.

Karena terlalu sering dimarahi, anak akan merasa bahwa dirinya tak pernah berbuat benar dan sering kali merasa kebingungan apakah yang dilakukannya  sudah benar apa belum. Pada akhirnya anak akan memilih untuk mengikuti apa yang dikatakan  agar tidak dimarahi.

Subhanallah ya, begitu buruknya dampak psikologis pada anak yang sering dimarahi. Semoga anak-anak kita dijauhkan dari hal yang tersebut. Semoga kita menjadi orang tua yang bijak yang bisa mendampingi anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang baik,,,,,. Amiin

Lalu bagaimana tipsnya agar kita tidak terjerumus menjadi orang tua yang menyeramkan bagi anak?

Tips mencegah marah-marah pada anak.

Mari kita praktekan 4 cara mencegah marah pada anak, yasarallahu lana…

  1. Berdiam diri sejenak

Tarik nafas yang dalam, lalu hembuskan dan ulangi beberapa kali sambil mengucap istighfar.Buatlah dirimu tenang Ketika anak melakukan kesalahan. Ingatlah bahwa kesalahan yang merka buat adalah suatu proses pembelajaran. Begitupun juga kita melakukan hal yang sama Ketika kita masih kecil dulu. Ya kan?

  1. Berdiskusi tentang emosi.

Dengan mengakui semua emosi dari kegembiraan, kemarahan hingga frustasi, kita bisa mengajari anak-anak bahwa merekapun bisa merasakan emosi-emosi tersebut.

Bicarakan perasaanmu dan dorong anak-anak untuk melakukan hal yang sama.Sikap ini akan membantu mereka menjadi lebih hormat terhadap diri sendiri  dan orang lain. Serta membentuk hubungan yang sehat dalam hidup.

  1. Tetap tegas, tetapi tenang.

Bicaralah dengan mereka dengan cara yang tegas, yang membuat martabat mereka tetap utuh. Tetapi jel;askan pada mereka bahwa perilaku tertentu tidak dapat ditoleransi.

  1. Berikan konsekuensi.

Yaitu konsekuensi yang membahas perilaku tertentu, tetapi disertai dengan peringatan yang adil akan membantu anak membuat pilihan

Secara teori tampaknya tips-tips di atas  cukup mudah ya bun, tapi pada prakteknya sangat mungkin akan lebih sulit. Tapi jangan khawatir, jika ada kemauan, di situ ada kemudahan…biaskan, biasakan…lama-lama akan jadi kebiasaan dan menjadi kesenangan.

Yasarallahu lana.

Barakallahu lana.

Wa afuw mingkum,

Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh

Bekasi, Desember 2024

Yeni Susila, S.Psi, Psikolog